Menelisik Nyamuk Wolbachia yang Disebar Kemenkes di Lima Kota di Indonesia

Editor: Admin
Ilustrasi nyamuk dengan bakteri Wolbachia menjadi sorotan warganet. (foto:iStockphoto)
JAKARTA (SINDOSUMUT) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyebar nyamuk Wolbachia di sejumlah daerah di Indonesia. Nyamuk ini diklaim efektif dalam mencegah demam berdarah (DBD).

Untuk itu, rasanya masyarakat perlu mengenal nyamuk Wolbachia lebih dalam. Jangan sampai kehadiran nyamuk ini justru menimbulkan kekhawatiran.

Nyamuk ini disebar di lima kota, di antaranya Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang. Nyamuk ini diklaim dapat membuat nyamuk Aedes aegypti menjadi mandul dan tidak menularkan DBD.

Mengenal nyamuk Wolbachia

Dengan dilepaskannya nyamuk Wolbachia di sejumlah daerah di Indonesia, masyarakat perlu mengenal nyamuk Wolbachia.

Pada dasarnya, Wolbachia sebenarnya bukan nama jenis nyamuk. Wolbachia adalah bakteri alami yang umum ditemukan pada serangga. Wolbachia terdapat pada lebih dari 60 persen serangga, termasuk capung, kupu-kupu, dan ngengat.

Bakteri ini disuntikkan ke telur nyamuk yang nantinya bisa berkembang biak melalui proses perkawinan.

"Wolbachia bukan nama jenis nyamuk, tapi dia bakteri yang disuntik ke nyamuk penyebab dengue (DBD). Kita suntik ke jentiknya, nanti bisa berkembang biak melalui proses perwakinan," ujar peneliti utama riset nyamuk ber-Wolbachia Universitas Gadjah Mada (UGM) Adi Utarini dalam media briefing bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Senin (20/11).

Studi menemukan bahwa Wolbachia bisa melumpuhkan atau menghambat replikasi virus Dengue pada tubuh nyamuk. Dengan demikian, virus jadi tidak berkembang dan penularannya akan sangat terhambat.

Menukil jurnal Nature, para ahli berpendapat bahwa Wolbachia mengungguli virus Dengue dalam hal sumber daya seperti lipid atau meningkatkan respons kekebalan tubuh.

Tak hanya di Indonesia, pelepasan nyamuk Wolbachia juga dilakukan di negara lain seperti Amerika Serikat. Menukil laman Center for Disease and Prevention Control (CDC), pelepasan nyamuk dengan Wolbachia harus mendapatkan izin dari Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) AS terlebih dahulu.

Negara bagian Texas dan California telah melepaskan nyamuk yang mengandung Wolbachia. Kedua negara bagian tersebut melaporkan adanya penurunan jumlah nyamuk Aedes aegypti.

Selain di AS, nyamuk ini juga digunakan di Singapura, Thailand, Meksiko, dan Australia.Demikian penjelasan mengenai mengenal nyamuk Wolbachia, sebagaimana dilansir dari laman CNNIndonesia.com.

Apakah Nyamuk Wolbachia Berbahaya Bagi Manusia?

Lalu, apakah nyamuk ini berbahaya bagi manusia seperti yang dikhawatirkan masyarakat umum?

Peneliti di Universitas Gadjah Mada (UGM) menyebut nyamuk Wolbachia tidak berbahaya bagi manusia. Nyamuk ini malah membantu menekan penularan virus demam berdarah.

Peneliti Pusat kedokteran Tropis UGM sekaligus anggota peneliti World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta Riris Andono Ahmad mengatakan Wolbachia tidak menginfeksi manusia dan tidak terjadi transmisi horizontal terhadap spesies lain bahkan Wolbachia tidak mencemari lingkungan biotik dan abiotik.

Pernyataan tersebut disampaikan Riris usai terjadi pro kontra terkait rencana penyebaran jutaan telur nyamuk Wolbachia di Kabupaten Buleleng dan kota Denpasar, Bali dalam rangka mengantisipasi penyebaran Demam Berdarah Dengue di masa musim penghujan mendatang.

Menurutnya, hal serupa juga terjadi di Yogyakarta ketika nyamuk ini akan dilepas di beberapa lokasi di kota tersebut. Namun, pro kontra hilang usai dilakukan sosialisasi, dan program tersebut mendapat dukungan dari pemerintah kota dan kabupaten.

Pasalnya, Riris mengatakan pelepasaan jutaan telur nyamuk Wolbachia di populasi nyamuk Aedes aegypti, berpotensi untuk menekan penularan virus dengue atau DBD. Sebab, melepaskan nyamuk ber-Wolbachia jantan dan betina dalam waktu sekitar enam bulan agar sebagian besar nyamuk di populasi memiliki Wolbachia.

Ilustrasi. Masyarakat perlu mengenal apa itu nyamuk Wolbachia. (Getty Images/Kevin Frayer)
"Diharapkan nantinya dapat menurunkan penularan virus dengue" katanya pada Jumat (17/11), dikutip dari laman UGM.

Yogyakarta menjadi tempat studi pertama Aplikasi Wolbachia untuk Eliminasi Dengue (AWED).

Hasil studi AWED menunjukkan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia mampu menurunkan kasus dengue sebesar 77.1 persen dan menurunkan kasus rawat inap karena dengue sebesar 86 persen.

Hasil studi tersebut dan hasil di beberapa negara lain yang menerapkan teknologi WMP bahkan menunjukkan teknologi Wolbachia untuk pengendalian Dengue telah direkomendasikan oleh WHO Vector Control Advisory Group sejak 2021.

Wolbachia adalah bakteri alami dari serangga. Wolbachia dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti dapat menurunkan replikasi virus dengue sehingga dapat mengurangi kapasitas nyamuk tersebut sebagai vektor dengue.

Mekanisme kerja yang utama adalah melalui kompetisi makanan antara virus dan bakteri. Dengan sedikitnya makanan yang bisa menghidupi virus, maka virus tidak dapat berkembang biak.

Dalam sebuah diskusi daring, Riris juga mengatakan tidak ada yang berubah dari nyamuk dengan bakteri Wolbachia dan nyamuk biasa, sehingga dampak gigitannya sama saja.

"Tidak ada yang berubah dari nyamuknya. Nyamuknya tidak menjadi nyamuk bionik, nyamuk transgenik. Yang terjadi adalah semacam blocking mekanik sehingga memang pada akhirnya dampak dari gigitan nyamuk ya sama saja," kata Riris, mengutip Antara.

Efek gatal gigitan nyamuk ber-Wlobachia masih sama dengan nyamuk Aedes aegypti umumnya, namun ia tak lagi menularkan virus dengue.

Riris juga membantah anggapan terkait bisa atau bakteri dalam tubuh nyamuk berpindah ke serangga lain, hewan atau manusia. Menurut dia bakteri Wolbachia hanya bisa tinggal di dalam sel tubuh serangga sehingga begitu keluar dari sel tubuh serangga maka bakteri itu akan mati.

"Misalnya ludah, ludah bukan sel jadi dia (bakteri) tidak akan bisa ada di ludah nyamuk. Ada mungkin di sel kelenjar ludahnya tetapi bakteri tidak bisa keluar dari sel sehingga ketika nyamuk menggigit manusia dia tidak bisa ditularkan ke manusia atau tempat lain," kata Riris.

Peneliti dari Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Adi Utarini mengatakan tidak ada kaitan antara radang otak Japanese Encephalitis dengan Wolbachia.

"Ternyata Japanese Encephalitis (JE) ini nyamuknya berbeda (Culex) dan penyakitknya juga berbeda. Tidak ada kaitannya dengan teknologi Wolbachia," kata Uut.

Japanese Encephalitis (JE) merupakan salah satu penyebab utama radang otak akibat infeksi virus ensefalistis. Beberapa waktu lalu, JE dan Wolbachia menjadi perbincangan warganet di media sosial karena ada pendapat yang mengaitkan nyamuk ber-Wolbachia dapat menyebabkan JE.

Selain membantah Wolbachia menyebabkan JE, Uut juga menuturkan teknologi itu tidak terkait dengan kejadian filariasis atau penyakit kaki gajah.

"Wolbachia yang ada pada cacing yang menyebabkan filariasis itu berbeda jenisnya dengan Wolbachia pada nyamuk Aedes aegypti. Jadi Wolbachia ini bukan hanya satu jenis, tapi ada ribuan jenis," tuturnya.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebar nyamuk Wolbachia untuk menekan penyakit deman berdarah dengue (DBD) di lima kota Indonesia.

Lima wilayah kota yang disebar nyamuk Wolbachia itu adalah Jakarta Barat (DKI Jakarta), Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Bontang (Kalimantan Timur), dan Kupang (NTT).

Kemenkes menyatakan penyebaran nyamuk Wolbachia ke lima kota itu diatur lewat Surat Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaraan Pilot project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan demam berdarah dengue (DBD).

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Siti Nadia Tarmizi menyebut teknologi Wolbachia untuk menurunkan penyebaran DBD sudah terbukti di sembilan negara.

Negara yang dimaksud adalah Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Meksico, Kiribati, Kaledonia Baru, dan Sri Lanka. Oleh sebab itu, kata Nadia, teknologi itu juga diterapkan di Indonesia.

"Teknologi Wolbachia melengkapi strategi pengendalian yang berkasnya sudah masuk ke Stranas (Strategi Nasional)," kata Nadia dalam keterangan tertulisnya, Rabu (15/11) lalu.(red/cnn)

Share:
Komentar

Berita Terkini

 
Desain: indotema.com