Didera Konflik, UISU Gagal Angkat Kualitas sebagai Universitas Swasta Tertua di Luar Pulau Jawa

Meskipun sudah berdiri selama 73 tahun sejak 1951, Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) belum mampu berada di jenjang unggul.

Editor: Admin
Alumni UISU, Budi Samora Nasution. (foto/ist)
MEDAN - Meskipun sudah berdiri selama 73 tahun sejak 1951, Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) belum mampu berada di jenjang unggul. Yayasan UISU yang kini dikomandoi Indra Gunawan terkesan gagal mengangkat kualitas universitas swasta tertua di luar Pulau Jawa ini menjadi populer di Sumatera Utara dan Indonesia.

Disinyalir, berbagai konflik yang kerap terjadi di UISU menjadi alasan terrhambatnya kemajuan UISU dibanding Universitas lainnya yang ada di Sumatera Utara. 

Lembaga survey Unirank 2024 menempatkan UISU pada peringkat ke-9 Universitas populer di Sumatera Utara dan peringkat 186 secara nasional. 

Hal tersebut sangat naif bila melihat sejarah pendiriannya yang sudah berusia 73 tahun. UISU yang digadang sebagai Universitas Islam tertua di luar pulau jawa hanyalah sebuah kebanggaan semu yang gagal bersaing dengan universitas yang lebih muda masa pendiriannya. Hal tersebut menjadi alasan kekecewaan para alumni UISU.

Salah seorang alumni yang secara lugas mengungkapkan kekecewaannya adalah Budi Samora Nasution. Lulusan Fakultas Ekonomi UISU ini sendiri prihatin atas kondisi yang dialami UISU saat ini. 

"Konflik dan buruknya manajemen yayasan menjadi salah satu penyebab UISU ini gagal bersaing dengan universitas lainnya di Sumatera Utara. Penunjukkan orang-orang oleh Ketua Pembina Yayasan UISU, T. Oesman Delikhan Al Haj untuk mengemban amanah sebagai pengurus yayasan saja sudah bermasalah dan melanggar aturan seperti SE Dirjen Dikti No 03 tahun 2021," katanya.

Tak hanya itu, Budi juga menyoroti ketidak mampuan yayasan UISU dalam mengembangkan Universitas ke predikat unggul, padahal para pengurus yang merupakan orang-orang yang sangat mengerti dengan kondisi UISU. Seperti Indra Gunawan yang kini menjabat sebagai Ketum Yayasan adalah anak dari almarhum Sabaruddin Ahmad, salah satu dari 5 pendiri UISU.

"Dia juga kita ketahui sudah 3 kali menjadi pengurus. Namun sayangnya kemampuannya masih belum cukup untuk menjadikan UISU unggul. Nama lain yang sudah berkiprah lama adalah Ir. Armansyah yang juga infonya sudah 3 priode berkiprah di Yayasan UISU dan tidak lepas dari jabatan bendahara umum di dua priode terakhir. Harusnya jika sudah berulangkali menjabat namun tak juga memberi kemajuan, yang sebaiknya sadar diri saja," katanya.

Menurut Budi, orang yang paling bertanggung jawab dengan kondisi UISU yang hingga sekarang AHU yayasan dari Kemenkumham RI masih terblokir, adalah Ketua Pembina UISU yakni T. Oesman Delikhan Al Haj yang biasa disapa gelarnya Raja Muda Deli. 

Terakhir, Budi menyambut baik pihak-pihak yang meminta konflik di UISU segera diakhiri demi kepentingan umat. "Saya sepakat dengan yang disampaikan oleh senior alumni Fakultas Ekonomi Rosda SE. Harapan beliau agar pihak pihak yang berseteru untuk melakukan perdamaian adalah jalan terbaik agar UISU bisa berjalan normal," pungkasnya.

Diketahui, sejak dulu Yayasan UISU tidak bisa lepas dari konflik. Konflik pernah terjadi di tahun 1996, 1998, 2000 dan tahun 2019 serta terulang kembali di tahun 2024, meski dengan beda permasalahan. 

Banyaknya konflik dikhawatirkan para alumni bisa membuat UISU bernasib sama dengan Institut Teknologi Medan (ITM) yang aktivitas perkuliahannya akhirnya dihentikan  Menteri Pendidikan.(ch)

Share:
Komentar

Berita Terkini

 
Desain: indotema.com