![]() |
Wajah Ibu Kota Batu Bara Masih Dihiasi Jalan Kupak-Kapik. (foto/ist) |
Pantauan medanmerdeka.com, kerusakan jalan tampak jelas di sejumlah titik padat penduduk, mulai dari Lingkungan I menuju Lingkungan V, VII, hingga VIII, termasuk akses menuju pemakaman dan Jalan Pelajar. Hampir seluruh badan jalan berlubang dan tergenang air ketika hujan turun. Warga menilai kondisi ini mencerminkan lambannya perhatian pemerintah daerah dalam membenahi infrastruktur dasar.
“Kalau musim hujan, jalannya seperti kubangan kerbau. Susah dilewati kendaraan, apalagi sepeda motor. Sudah lama rusak, tapi perbaikannya tidak pernah serius,” keluh seorang warga Lingkungan VII.
Lebih parah lagi, di Lingkungan VII, sebuah rumah warga dilaporkan ambruk ke jurang sedalam lebih dari 10 meter akibat erosi dan buruknya sistem drainase. Drainase tersebut dibangun Dinas Perkim beberapa tahun lalu, namun kualitasnya dinilai tidak bertahan lama.
Dengan jumlah penduduk lebih dari 10 ribu jiwa, warga Kelurahan Limapuluh Kota berharap pemerintah daerah tidak menutup mata. Apalagi kawasan ini merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Batu Bara.
“Ada memang perbaikan jalan di perumahan Limapuluh, tapi hanya sekitar seratus meter. Itu pun jalan menuju rumah orang-orang hebat. Jalan utama yang setiap hari dilalui masyarakat malah dibiarkan rusak,” sindir warga lainnya.
Masyarakat menuntut agar pemerintah kabupaten tidak melakukan diskriminasi dalam pembangunan infrastruktur. Mereka meminta agar prioritas diberikan pada jalan penghubung umum yang digunakan masyarakat untuk mencari nafkah, mengantar anak sekolah, hingga memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Jangan pilih-pilih. Kami butuh perhatian serius. Kalau pusat ibu kota saja seperti ini, bagaimana dengan daerah pedesaan di Batu Bara?” pungkas warga dengan nada kecewa.[subari]