Kader senior Golkar Sumut, Dr HM Hardi Mulyono Surbakti. |
“Yang bertarung cuma dua pasang, Ijeck dan Bobby. Sedangkan Edy dianggap sudah expired, sosok masa lalu,” ujar Hardi Mulyono, kepada media, kemarin.
Menurut Hardi Mulyono, dinamika politik akhir-akhir ini terutama saat Ijeck dan Bobby yang mendaftar sebagai Cagubsu ke beberapa partai politik Sumut, dipastikan bukan berdasarkan inisiatif mereka sendiri. Melainkan atas ‘petunjuk’ dari para petinggi di Pusat.
Dinamika tersebut, sekaligus memberi kesan bahwa Jokowi-Prabowo-Airlangga Hartanto berupaya untuk ‘tidak berbenturan’ pada proses pencalonan Ijeck dan Bobby di Pilgubsu 2024 ini.
“Tidak tertutup kemungkinan, ketika petinggi di Pusat tersebut kelak akan melepaskan Ijeck dan Bobby bertarung bebas di Pilgubsu tanpa intervensi Pusat. Dan itu adalah salah satu cara elegan agar Jokowi-Prabowo-Airlangga tidak berbenturan dalam Pilgubsu kali ini,” tegas Hardi Mulyono, mantan Sekum Golkar Sumut tersebut.
Di mata ketiga tokoh sentral tersebut, urai Hardi, sosok Ijeck dan Bobby dinilai cukup berjasa di dalam memenangkan pasangan Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024 kemarin di Sumatera Utara. Karenanya, menyingkirkan salah satu dari kedua nama ini pada perhelatan Pilgubsu, bisa mengganggu hubungan mesra antar ketiga tokoh tersebut.
Dengan analisis semacam ini, Hardi Mulyono pun memperkirakan partai politik di Sumut akan terbelah ke dalam dua kelompok, yakni kelompok yang mendukung Ijeck dan kelompok yang mendukung Bobby. “Ini jelas menjadi tawaran menarik bagi masyarakat Sumatera Utara di dalam memilih pemimpinnya lima tahun ke depan.”
Sosok Ijeck dan Bobby, kata Hardi Mulyono, diyakini akan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat Sumut pada Pilgubsu 2024. Sebab, selain keduanya berusia muda, pengalaman Ijeck menjadi Wagubsu selama lima tahun dan pengalaman Bobby menjadi Walikota Medan selama empat tahun, menjadi nilai lebih bagi keduanya. “Muda dan berpengalaman, pasti akan mengundang gairah masyarakat berpartisipasi pada Pilgubsu,” kata mantan Ketua F-Golkar DPRD Sumut tersebut.
Edy Sosok Masa Lalu
Siapapun dari keduanya yang kelak menang pada Pilgubsu 2024 nanti, Hardi yakin masyarakat tidak akan kecewa. Sebab, keduanya memiliki akses komunikasi yang akrab dengan Pemerintah Pusat. Akses semacam ini sangat diperlukan Sumatera Utara, di dalam upaya mengejar ketertinggalan pembangunan infrastuktur agar Sumut setara dengan provinsi besar lainnya di Indonesia.
Jadi, “Tinggal diatur dan dikompromikan saja oleh para pimpinan partai politik, mana parpol yang mengusung Ijeck dan mana parpol yang mengusung Bobby”.
Dengan demikian, Hardi memperkirakan Pilgubsu 2024 akan menjadi sangat menarik dan meriah karena tanpa intervensi dari Pemerintahan Jokowi maupun Pemerintahan Prabowo kelak. “Akan meriah, dan tingkat partisipasi pemilih relatif akan besar,” kata Hardi.
Menyangkut figur Edy Rahmayadi, Hardi Mulyono menyebutkan, Edy Rahmayadi akan menjadi sosok masa lalu dan tidak lagi menarik minat partai politik untuk mengusungnya menjadi Cagubsu pada Pilgubsu 2024.
Sebab, jargon “Sumut Bermartabat” yang digaungkan Edy lima tahun lalu, kini tak lagi populer. Apalagi sikap Edy saat menjabat Gubsu, seakan tak bermartabat saat berhadapan dengan masyarakat yang menyampaikan aspirasi atau yang mengkritisinya.
“Edy Rahmayadi itu sudah expired. Selain itu, tak ada jejak rekam Edy yang bisa dibanggakan selama lima tahun menjadi Gubsu. Apalagi, Edy kini sudah kalah pamor dibanding Ijeck dan Bobby, setelah sekitar delapan bulan Edy meninggalkan jabatan Gubsu” ujar Hardi Mulyono, yang juga mantan Sekretaris Wantim Golkar Sumut tersebut. (ch)